Sinyal Rate: 8 dari 10
Genre: Dokumenter Olahraga
Nara Sumber: Corinna Schumacher, Ross Brown, Jean Todt, Mika Hakkinen
WWW.SINYALMAGZ.COM – Luca Cordero di Montezemolo, mantan Presdir Ferrari pernah mengatakan sungguh sulit mencari pembalap yang pas untuk mengendarai jet darat Ferrari. Bukan saja karena mobil F1 berlogo kuda jingkrak itu legendaris, Montezemolo bahkan menyebut si pembalap harus punya jiwa yang menyatu dengan kendaraannya.
Perburuan juara konstruktor tidak pernah berhasil sejak terakhir kali pada 1983. Sementara pembalapnya terakhir menjadi juara dunia adalah Jody Scheckter pada 1979. Niki Lauda pernah membawa “the prancing horse” dua kali juara dunia pada 1975 dan 1977.
Setelah era tersebut Scuderia Ferrari selalu gagal memuncaki juara baik konstruktor maupun pembalap. Tak heran jika Ferrari haus betul dengan gelar juara, apalagi mereka punya modal yang kuat.
Perombakan pun dimulai di era Jean Todt, pria pendek asal Prancis di tahun 1993. Todt butuh pembalap muda yang memenuhi kualifikasi seperti disebut Montezemolo. Kebetulan di tim Benetton, kontrak pembalapnya habis pada 1995. Adalah Michael Schumacher, pembalap Jerman berusia 26 tahun yang berturut selama dua tahun merebut juara dunia (1994 dan 1995).
Schumacher adalah kuda hitam selama empat tahun berturut-turut (1992 hingga 1995). Ia pula anak muda yang bikin Ayrton Senna kelabakan dibuntuti terus. Bahkan sempat muncul “perang” antara Senna dengan Schummy. Di debut Formula 1 pertama Schummy (1992) malah menahan peringkat Senna. Schummy posisi 3, Senna 4. Padahal tahun sebelumnya Senna juara dunia.
Perseteruan Senna dan Schummy adalah kisah menarik di balik balapan F1 pada kurun tersebut. Schummy terkenal cuek dan polos. Sementara Senna sangat menjaga diri dan masih berambisi.
Sampai pada sebuah race pada 1994 di Imola Italia, Senna berada di pole position pertama. Schummy di belakangnya. Situasi amat menekan sang 7 kali juara dunia itu. Dua race sebelumnya ia gagal terus masuk finish. Menjelang balapan Senna terlihat samat tegang. Ketika lampu start menyala, Senna melesat. Schummy dengan Benetton Ford-nya membuntuti, sebenarnya terpaut lumayan.
Pada lap ke 7 di trek Tamburello dengan kecepatan 307 km per jam, mobil Renault yang ia tumpangi keluar dari trek. Kecepatan menurun hingga 233 km per jam, tetapi menabrak dinding setelah melewati kerikil.
Balapan berlanjut terus. Schummy juara. Tetapi kabar duka menyelimuti, Senna tewas di rumah sakit. Tak ada seremonial buka botol sampanye. Schummy sedih luar biasa. Kesedihan itu bahkan masih menghantui sampai beberapa tahun kemudian.
Lepas dari Benetton, Todt segera membuat kontrak baru untuk Schummy. Tahun 1996, pahlawan Jerman ini resmi menggunakan baju balap merah dengan nilai kontrak 60 juta dolar selama dua tahun. Paketnya bersama Ross Brown, kepala teknikal yang membawanya juara dunia selama di Benetton.
Sepenggal kisah ini dihadirkan dalam plot film dokumenter Schumacher yang tengah September lalu ditayankan eksklusif di Netflix. Alasan memilih tokoh ini jelas, ia adalah pembalap Jerman yang bukan berasal dari kalangan ningrat dan kaya. Schummy lahir dari keluarga biasa, kemudian justru menjadi pengibar bendera Jerman terbanyak di ajang Formula 1.
Ia ubber alles, bahkan Sebastian Vettel mendapatkan inspirasi darinya. Ia memecahkan rekor juara F1 terbanyak sebanyak 91 kali lalu dipatahkan oleh Lewis Hammilton.
Di kehidupan privasi, pria 52 tahun ini adalah suami jempolan dan ayah keren. Michael Schumacher adalah family man. Salah satu alasan yang membuatnya mundur dari ajang balap F1 pada akhir 2006 adalah karena rindunya pada keluarga.
Membawa Ferarri menjadi juara konstruktor selama lima tahun adalah rekor tersendiri, termasuk rekor pembalap juara dunia lima kali berturut-turut. Hal yang barangkali baru bisa disamai Lewis Hammilton tahun 2021.
Dan sekadar tahu ketika Schumacher kembali ke F1 pada 2010, ia membawa bendera tim Mercerdes GP Petronas F1. Tim yang kini membawa Hammilton mereguk juara selama beberapa kali.
Corinna Schucmaher, sosok cinta sejati Schummy banyak bercerita di film sepanjang 112 menit ini. Tentu salam bahasa Jerman. Corinna yang ia nikahi pada 1995 juga bertutur bagaimana sang suami sebenarnya adalah sosok pendiam dan penyendiri.
Sementara putri (Gina-Marie) dan putra (Mick) lebih banyak bertutur kesan tentang seorang ayah. Seolah menjadi potret bahagia keluarga manapun di dunia. Mereka kerap melakukan terjung payung atau main ski di musim dingin.
Salah satu seteru Schumacher di era awal 2000-an, Hakkinen buka suara tentang persaingan dan jalinan persahabatan mereka. Pernah suatu kali dalam sebuah interview keduanya menangis bareng mengenang Senna. Dan, Hakkinen ternyata sudah bersaing dengan Schummy sejak masih bocah, saat memacu mesin gokar.
Schumacher digarap oleh trio sutradara (Hanns-Bruno Kammertöns, Vanessa Nöcker, Michael Wech) cukup berhasil mengaduk hati Anda. Kecermelangan membangun plot dengan ragam kisah (suka, duka, kompetisi, dll) adalah resep sukses film ini.
Terlebih ketika Anda menonton film di mana tokoh utama sedang tak berdaya akibat kecelakaan serius pada 2013 saat bermain ski. Sejumlah berita melaporkan kondisi Schummy terus membaik.
Bagi Corinna, ia harus meneruskan hidup menjadi sebuah keluarga. Seperti yang selalu Schummy bilang. “Dulu Michael yang menjaga kami. Kini, kami yang menjaga Michael,” ujar sang istri lirih. (*)