Spektrum sempit
Dalam uji coba massive IoT, Telkomsel memanfaatkan spektrum sempit (narrow band) di 900 MHz yang sejatinya memiliki jangkauan lebih luas dibanding pita lebar 1800 MHz ke atas. Teknologi radio akses ini memiliki kehebatan dengan penggunaan perangkat dan baterai yang sangat hemat, sampai 10 tahun tanpa harus ada pengisian ulang sehingga disebut LPWA (low power wide area).
Teknologi yang diuji Telkomsel bersama Huawei, menurut informasi, adalah 3GPP (3rd Generation Partnership Project) massive IoT dan FDD (frequency division duplexing) massive MIMO yang hemat energi. Penggunaan frekuensi 900 ini antara lain untuk mengetahui slot parkir kosong, kontrol meteran air minum dan pengendalian armada.
Penggelaran teknologi 4.5G hanya bisa dengan memanfaatkan 20 MHz di spektrum 1800 MHz. Masalahnya, terkait terlalu banyaknya operator seluler di Indonesia dan masih padatnya pengguna generasi kedua (2G – suara dan SMS), baru XL Axiata yang serta merta dapat mengomersilkan teknologi 4,5G ini.
Indosat meski punya 12,5 MHz di spektrum 900 MHz (termasuk 2,5 MHz bekas CDMA StarOne), hanya punya persis 20 MHz di rentang 1800 MHz yang sebagian masih digunakan untuk pelanggan 2G, selain punya 10 MHz di 2100 MHz. Namun bagi anak perusahaan Ooredoo itu mengomersilkan 4.5G tidak masalah, sebab sebenarnya teknologi itu sudah dikembangkan sejak 2012 sejalan dengan dilakukannya modernisasi jaringan, yang untuk 4.5G hanya perlu modifikasi, tak perlu infrastruktur baru.
Tanpa ponsel berteknologi 4.5G pun, pengguna ponsel pintar akan merasakan peningkatan kecepatan sampai 20-an persen. Dengan CA, carrier aggregation – menggabungkan setidaknya dua frekuensi – di 2100 MHz dan 1800 MHz, bisa didapat kecepatan transmisi sampai 150 mbps.