Kisah Sean Rad, CEO Tinder yang Penuh Kontroversi

sinyal.co.id

Di luar kontroversi sang CEO, Tinder telah berhasil menjodohkan lebih dari 10 juta pasangan.

logo

Siapa yang tak kenal aplikasi pencari jodoh Tinder? Mungkin di Indonesia sendiri banyak yang menggunakannya. Tapi tunggu dulu, Anda boleh saja kenal dan familiar dengan aplikasinya. Tapi, apa Anda kenal dengan pendirinya? Nah, kali ini SINYAL akan mengajak Anda untuk berkenalan dengan sang pendiri sekaligus CEO dari aplikasi Tinder ini.

Sean Rad, putra imigran Iran yang datang ke Los Angeles pada 1970-an, tumbuh di kalangan komunitas Persia, Beverly Hills. Orang tuanya bekerja di industri teknologi konsumen. Pria yang kini menginjak usia 30 tahun ini sudah cukup terkenal di wilayah Los Angeles sebagai seorang developer. Jebolan University of Sourthern California ini banyak menghasilkan startup ternama sebelum akhirnya berpikir tentang Tinder. Siapa sangka, dia bisa mengambil hati para pengguna smartphone di seluruh dunia (terutama kaum muda) dengan aplikasi Tinder yang dibuatnya bersama dengan teman sejawatnya di universitas yaitu Justin Mateen.

Berawal dari kelas Matematika, tanpa sebab jelas ide gila tentang perjodohan hadir di dalam kepala mereka. Namun, pada dasarnya ide gila mereka cukup beralasan, melihat makin maraknya media sosial dengan berbagai jenis dan karakter manusia. Bahkan, di satu titik, mereka melihat sebuah media sosial yang berisikan grup pencari pasangan.

Sean Rad sendiri dikenal sebagai seorang playboy, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Bahkan hingga saat ini, karakter player yang dimilikinya tak bisa hilang sepenuhnya. Namun, ide ini tidak begitu saja terealisasi. Baik Sean, maupun Justin, keduanya memiliki proyek masing-masing sebelum benar-benar fokus pada ide gila mereka berdua.

Bercinta dengan 20 Wanita

Sean Rad

Sean Rad, pintar tapi gila, mungkin itu sebutan yang agak kasar tapi nyata untuknya. Dilansir dari situs Evening Standards, Sean mengaku sangat mudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Bahkan hingga saat ini ketika Tinder sudah menjadi sebuah aplikasi pencari jodoh terfavorit di dunia, Sean masih berburu wanita dengan Tindernya. Bahkan menurut situs tersebut, bos besar Tinder ini mengaku telah meniduri  20 wanita.

Tak hanya itu, secara jujur dia juga mengatakan bahwa keperjakaannya hilang pada saat umurnya masih menginjak 17 tahun. Sean bahkan mengaku, saat ini dengan Tinder pribadinya, dia bisa jatuh cinta dengan wanita berbeda setiap minggunya.

Bahkan, menurut situs Daily Mail, Sean pernah tidur dengan ibunya ketika berlibur ke Roma. Entah meniduri atau hanya tidur bersama, namun berita lansiran tersebut sempat membuat gempar publik tentang kepribadiannya. Kegilaan itu berlanjut hingga saat ini, diketahui Sean menjalin hubungan dengan empat wanita berbeda secara bersamaan dan mengaku mencintai semua wanita itu.

Tapi, tak semua yang ada dalam diri Sean adalah keburukan. Pemikirannya yang cemerlang mampu menuntunnya dengan baik dalam menghasilkan beberapa aplikasi. Bahkan prestasinya cukup diakui oleh pihak universitas.

Founder Tiga Aplikasi Berbeda 

Dibalik kegilaannya, Sean merupakan orang yang cukup ulet. Meski dikenal keras kepala dan tak teratur dalam kepemimpinannya oleh para karyawannya termasuk rekannya saat ini yaitu Justin, Sean selalu memiliki ide brilian diluar pemikiran setiap orang. Dengan pemikirannya tersebut Sean sempat menghasilkan beberapa situs dan aplikasi yang hingga saat ini banyak dikenal orang. Seperti Orgoo.Inc dan juga Ad.ly yang sering ditemui di setiap kali Anda mendownload file atau video.

Pada Januari 2005, bersama rekannya Brian Norgard yang saat ini menjabat sebagai Head of Product di Tinder, Sean membuat Orgoo.inc. Situs ini merupakan sebuah layanan web mail yang mengatur berbagai macam akun e-mail dan kontak berbeda dalam satu halaman. Situs ini juga mengintegrasikan akun IM milik teman-teman Anda. Menyerupai sebuah situs media sosial layaknya Facebook saat ini, tapi sayangnya pada Mei 2008 saat Sean berhenti menjabat sebagi Founder sekaligus presiden perusahaan, situs ini pun ikut dimatikan.

Sempat rehat selama satu tahun, pada Mei 2009, Sean kembali hadir sebagai founder dari situs yang selalu kita kenal saat mendownload suatu file. Ad.ly, atau yang lebih dikenal sebagai platform celebrity social advertising. Posisinya sebagai founder dan presiden berakhir pada Januari 2012. Namun, berbeda dengan Orgoo yang langsung dimatikan, Ad.ly sampai saat ini masih terus ada dan bertahan. Bahkan tetap berkembang dengan berbagai macam client ternama di dalamnya seperti Samsung, Walmart, Toyota, L’OREAL dan banyak lagi.

Barulah pada awal Mei 2012, Sean mewujudkan ide gila yang dipikirkannya bersama Justin dalam membentuk sebuah aplikasi pencari jodoh Tinder. Namun, jalan yang ditempuh Sean dalam menjabat sebagai Founder sekaligus CEO tidak semulus sebelumnya.

CEO yang Tersingkirkan

Tinder

Sean terjebak pada satu kondisi yang melibatkan rekannya sesama founder, Justin menuduh Sean melakukan pelecehan seksual terhadap pacarnya yang juga seorang cofounder di Tinder dan menjabat sebagai VP marketing saat sedang bekerja. Setelah melontarkan tuduhan tersebut Justin pergi meninggalkan Tinder. Sean pun ikut mundur dari jabatannya sebagai CEO, meskipun demikian keduanya tetap saling berhubungan sebagai sahabat.

Namun setelah kemundurannya banyak hal – hal menarik yang terungkap, sang CEO rupanya lebih suka menebar kebencian daripada cinta. Sean juga dianggap tidak mampu menyelesaikan proyek-proyeknya. Salah satu sumber dari Tinder menginformasikan tentang menumpuknya daftar fitur untuk aplikasi ini dan tidak pernah difungsikan. Sementara lainnya mengkritisi tentang gaya manajemennya yang tidak jelas sehingga membuat para pekerja tidak tahu apa yang terlebih dahulu harus mereka kerjakan.

CEO muda ini juga terlibat percekcokan dengan kepala dari induk perusahaan yang memiliki Tinder, Barry Diller, sebagai seorang yang tidak senonoh dan menggambar alat kelamin pria sebagai ilustrasinya. Diller menjalankan IAC/InterActiveCorp, dimana Tinder termasuk dalam perusahaan tersebut. Rad disindir bahwa dirinya ditekan oleh Diller dan IAC serta digosipkan merencanakan pengunduran dirinya. Posisinya digantikan oleh Chris Payne yang juga dikenal sebagi eksekutif Microsoft dan Ebay pada bulan Maret 2015.

CEO Come Back, Tinder Melesat

Selama mengundurkan diri dari jabatan penting CEO, Sean sendiri tetap aktif mengurus Tinder, namun dengan porsi yang lebih kecil. Ia pun mengakui kalau Payne adalah sosok yang sangat luar biasa. Posisi Payne pun tak lama, pasalnya, setelah November 2015 atau tepatnya lima bulan berselang, Sean kembali mengambil alih jabatan CEO. Pasca kembalinya Sean menjabat sebagai CEO Tinder, aplikasi ini semakin terkenal, tidak hanya di Los Angeles, namun juga di dunia, termasuk Indonesia.

Berdasarkan lansiran CNN, tingkat pengguna aplikasi ini merangkak naik 15 persen setiap minggu. Pengguna Tinder didominasi usia 18 hingga 30 tahun dan seperti yang dikutip dari Antara, Tinder telah berhasil menjodohkan lebih dari 10 juta pasangan. Saat ini aplikasi Tinder bisa di-download untuk perangkat iOS dan Android. Di Google Play Store, aplikasi ini sudah di-download oleh lebih dari 5 juta orang. 54 persen anggotanya berada di kisaran usia 18 hingga 24 tahun dan 31,6 persen berada di kisaran usia 24 hingga 34 tahun.

Bahkan pihak Match Group sebagai induk perusahaan yang menaungi Tinder melaporkan keuntungan yang mereka dapat mencapai $46.6 juta, jauh lebih besar jika dibandingkan dengan laba ditahun sebelumnya, yaitu $33.2 juta. Pendapatan total pun meningkat 21{6d4da31955223774f92dce3d293cb7e669764550633ee25cdb7e9d5f0678e9b3} menjadi $301 juta, dari $248.8 juta tahun sebelumnya. Imam

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled