WWW.SINYALMAGZ.COM – Dari keseluruhan biaya mobil elektrik, biaya material adalah yang terbesar. Mencakup 43,5 persen. Sisanya adalah biaya karyawan, promosi dan pemasaran dan sebagainya.
Dari 43,5 persen biaya material, biaya baterai termasuk yang cukup tinggi. Nilainya bervariasi antara 30 persen hingga 57 persen. Sementara rincian biaya baterai, komponen katoda adalah yang terbesar mencakup 51 persen, disusul biaya pabrikasi 24 persen, anoda 12 persen, separator 7 persen, elektrolit 4 persen dan housing 3 persen.
Katoda adalah elektroda baterai yang bermuatan positif. Ketika baterai habis, elektron dan molekul bermuatan positif (ion lithium eponim) mengalir dari anoda ke katoda, yang menyimpan keduanya hingga baterai diisi kembali. Itu berarti bahwa katoda secara efektif menentukan kinerja, jangkauan, dan keamanan termal baterai.
Perannya sangat tinggi dan membuat katode salah satu komponen terpenting. Katode terdiri dari berbagai logam (dalam bentuk halus) tergantung pada kimia sel, biasanya termasuk litium dan nikel. Komposisi katoda umum dalam penggunaan modern meliputi: Litium besi fosfat (LFP), Litium nikel mangan kobalt (NMC), Litium nikel kobalt aluminium oksida (NCA).
Logam baterai yang membentuk katoda sangat diminati. Tak heran jika produsen mobil seperti Tesla bergegas mengamankan pasokan karena penjualan EV terus meningkat.
Sebelum produksi mobil listrik memasal, harga sebuah baterai yang dihitung per KWH mencapai Rp 25 jutaan. Namun kemudian turun, karena mulai banyak yang menggunakan dan pada 2010 bisa ditekan hingga sekitar Rp 6 jutaan. Sehingga tidak heran jika sebuah mobil listrik dengan baterai berkapasitas 25 kWh harus mengeluarkan biaya untuk baterai saja sebesar Rp 150 juta.
Amerika melalui Departemen Energinya kemudian menetapkan harga per kWH di tahun 2022 sebesar Rp 1,8 juta. Sehingga bisa Anda hitung sendiri berapa fakta harga baterai dan harga sebuah mobil listrik. (*)