SINYALMAGZ.com – Baru-baru ini sebuah studi yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University of New South Wales Sydney, Australia, menemukan bukti tentang nenek moyang manusia atau hominin yang paling awal.
Mereka menemukan peralatan batu dan fosil potongan hewan yang mengindikasikan adanya moyang manusia pada 500.000 hingga 300.000 tahun lalu.
Hasil ini didapatkan para peneliti setelah melakukan pembaruan penggalian arkeologi dan analisis fosil fauna di situs Ti’s al Ghadah, di Gurun Nefud, Arab Saudi Utara.
Temuan peralatan dan sisa-sisa potongan hewan ini menunjukkan bahwa hominin pertama telah ada di Arab Saudi 100.000 tahun lebih awal dari yang diketahui sebelumnya.
“Ti’s al Ghadah adalah salah satu situs palaentologi paling penting di Semenanjung Arab.”, ungkap Mathew Stewart, pemimpin penelitian, sebagaimana dikutip dari situs resmi UNSW, Jumat (2/11/2018).
“Situs itu saat ini satu-satunya yang merepresentasikan fosil dari periode Pleistosen Tengah di bagian dunia ini, termasuk hewan seperti gajah, jaguar, dan burung air.”, tutur kandidat PhD dari UNSW itu.
Hingga kini, kehadiran peralatan batu selalu dikaitkan anatara hewan-hewan purba dengan keberadaan manusia.
“Penemuan kami membuat Ti’s al Ghadah sebagai fosil yang diasosiasikan sebagai bukti awal dari hominin di Jazirah Arab, menunjukkan bahwa leluhur kita mengeksploitasi berbagai hewan saat mereka memasuki wilayah yang lebih hijau.”, kata Michael Petraglia, arkeolog utama proyek ini.
“Terlepas dari posisi gerografinya yang krusial di persimpangan antara Afrika dan Eurasia, Semenanjung Arab sering menjadi bahan diskusi tentang ekspansi awal hingga kini.”, kata Sterwart.
Analisis isotop stabil dari fosil hewan di situs tersebut mengungkapkan bahwa Jazirah Arab didominasi oleh vegetasi padang rumput pada titik-titik tertentu di masa lalu, dengan tingkat kegersangan serupa dengan yang ditemukan dalam pengaturan savana terbuka di Afrika Timur saat ini.
Ini menunjukkan bahwa penyebaran awal nenek moyang kuno kita adalah bagian dari perluasan jangkauan daripada hasil adaptasi baru terhadap konteks lingkungan baru di luar Afrika.
Penulis utama laporan tersebut, Dr Patrick Roberts, dari Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia mengatakan, “Sementara populasi hominin awal ini mungkin telah memiliki kapasitas budaya yang signifikan, gerakan mereka ke bagian dunia ini tidak akan membutuhkan adaptasi terhadap padang pasir yang keras dan gersang.”
“Memang, bukti isotop menunjukkan bahwa ekspansi ini lebih khas dari perluasan jangkauan yang mirip dengan yang terlihat di antara mamalia lain yang bergerak di antara Afrika, Levant, dan Eurasia saat ini,” tambahnya.