Mungkin dari deretan mantan Presiden Direktur Indosat (kini Indosat Ooredoo), Alexander Rusli lah sosok paling muda usia di puncak kepemimpinan operator kedua terbesar di Indonesia itu. Kendati begitu, soal mengelola perusahaan telekomunikasi tak kalah dengan para seniornya. Buktinya, ia mampu mengentaskan nilai hutang sekaligus memberi kontribusi profit di saat persaingan kian menggila.
Era sekarang sudah berbeda dengan lima hingga sepuluh tahun silam. Mencari untung kala itu lewat voice dan SMS masih bisa diandalkan. Sekarang tidak. Sementara tarif data internet bergerak belum pula memberi keuntungan besar seperti saat pendapatan dari telefoni berjaya. Di sisi lain investasi jaringan modern sungguh berkali lipat mahalnya.
Alex melakukan strategi ulang. Fokusnya pada layanan digital di segala aspek. Hingga anak perusahaan seperti Indosat Ooredoo Business pun berorientasi ke sana. Maka, Indosat tahun 2014 mengusung tema kuat “digital” ke depan.
Alex tak asing dengan urusan dunia digital. Sewaktu kuliah di Curtin University Australia, ia sudah kerap mengutak-atik perangkat lunak. Ketika berlangsung Indosat Ooredoo Wireless Innovation Contest (IWIC) beberapa tahun lalu, ia cerita jika ia bersama adiknya diam-diam malam-malam ke laboratorium untuk mengulik software.
Baginya kehidupan mengulik digital itu menarik. Berbicara di depan peserta hackathon IWIC, di mana peserta harus begadang selama 24 jam, ia berbagi pengalaman itu. Bisa jadi ia juga rindu kisah serupa, sementara kini sudah lahir generasi milenial yang aktif mengembangkan aplikasi. Mereka yang nyemplung di soal teknis pastilah merasakan seperti halnya Alex kala kuliah dulu.
Makanya ajang IWIC ia optimalkan betul. Lewat CSR, program Indosat itu dikemas semakin menawan dan fokus. Harus mampu melahirkan anak-anak muda dengan segudang ide yang kelak jadi tulang punggung industri kreatif. Itulah yang ditantang Alex, bapak satu putri ini ke ratusan anak muda.
Tiga tahun silam, tiba-tiba ia punya ide menggelar belajar bermain saham. Ia sangat prihatin dengan kecilnya persentase anak muda yang berkecimpung di dunia stock trading. Maka, lalu dibuatlah konsep belajar, bermain dan berkompetisi bagi para mahasiswa dan pemula umum dengan nama Indosat Ooredoo Stock Trading Contest (ISTC).
Lagi, anak-anak muda itu cukup dengan memainkan smartphone, tablet atau laptop-nya untuk berdagang saham. Risikonya tak ada, sebab ini seperti simulasi. Peserta diberi modal “uang”, lalu menjajal “permainan” saham yang dikemas layaknya bursa saham betulan. Bahkan menggandeng Bursa Efek Indonesia sebagai partner.
Begitulah gagasan-gagasannya yang membesar. Ada pula gagasan lain yang bahkan bisa membuat operator lain “tegang”. Misalnya soal pengaturan tarif data, penggunaan tower bersama, yang sudah pasti melibatkan pula peran regulator dan pemerintah untuk tidak tinggal diam. Meski kemudian tak mudah memuluskan gagasannya jadi kenyataan.
Alex yang doyan ayam pop Padang itu tak hanya ahli dalam bisnis telekomunikasi. Dalam hal hubungan dengan pemerintah ia termasuk jempolan. Dan begitulah prasyarat seorang pucuk pimpinan perusahaan, terlepas bahwa Indosat Ooredoo adalah BUMN. Dengan chief Rudiantara, menteri Komunikasi dan Informatika ia akrab. Bahkan jika tak ia tolak, ia barangkali sudah menjadi salah satu petinggi kementerian.
Dalam beberapa hal, Alex tidak terlalu formal. Pernah suatu kali, kami diundang makan siang sembari membicarakan sebuah rencana. Kami yang semula malu-malu dan sok jaim, akhirnya mengikut gayanya yang seperti ketika Anda sedang makan bersama keluarga saja. Jadilah, siang itu, kami menuntaskan hidangan padang, lengkap dengan appetizer-nya. Dan, tentu saja paling nyaman menandaskan nasi dan lauknya dengan tanpa sendok garpu.
Dalam sejarah BUMN, mundurnya Alex bukan pertama kalinya. Keputusan mengundurkan dirinya tentulah lantaran alasan kuat dan demi masa depan Indosat Ooredoo itu sendiri. Dan sejarah perjalanan perusahaan ini pernah dicetak oleh presiden direktur berusia muda, punya visi dan mengubah dari operator biasa menjadi operator berambisi di industri digital berbasis telekomunikasi. (*)