WWW.SINYALMAGZ.COM – Melawan kejahatan berbasis teknologi dengan teknologi ternyata tidak terbukti sukses di Indonesia. Terbongkarnya peran 11 oknum pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) yang justru menyuburkan praktik judi online (judol) menunjukkan ada faktor non teknologi di dalamnya.
Apa itu? Niat jahat mengambil keuntungan dari perang kepada kejahatan itu sendiri. Yakni apa yang disebut anti-integritas. Mereka berkhianat pada dirinya yang disumpah sebagai pegawai, juga “perlawanan” kepada institusi maupun ketetapan menterinya.
Jika diibaratkan sebuah situasi dalam lembaga pemasyarakatan, oknum yang kabarnya jumlahnya akan terus bertambah ini telah bermain-main dengan warga lapas. Tidak ada lagi perlakuan tegas, teguh dan konsisten pada peraturan. Semua tergantikan oleh kegemingan menerima sogokan Rp 8,5 juta dari tiap situs.
Mereka yang wajib menjadi pagar agar tanaman tak berkembang ke mana-mana, malah membiarkan leluasa tumbuh di mana-mana. Publik lalu bertanya, “Apakah sesungguhnya pemerintah (termasuk lapis terbawah) serius memberantas perihal yang secara regulasi disebut terlarang ini?”
Pakar IT yang lihai dalam soal keamanan siber, Alfons Tanujaya bahkan sudah enggan bicara tentang teknologi pemblokiran. Sebegitu sebalnya dengan perilaku curang pegawai Kemenkomdigi di atas sampai ia mengusulkan skema lain. Yaitu pelibatan publik. Upaya pemblokiran oleh pemerintah justru dimanfaatkan membiakkan “tikus” berkeliaran di dalam.
Bagaimana publik dapat terlibat dalam pemberantasan tersebut?
Memberantas judi online adalah persoalan bersama. Dasar pemikiran ini melandasi upaya agar seluruh elemen masyarakat (pemerintah, pengusaha, dan masyarakat biasa) sama-sama memiliki pandangan bahwa judol adalah musuh yang harus diperangi.
Melibatkan seluruh elemen mesti dimaknai sebagai sebuah cara atau proses yang transparan, partisipatif dan menyeluruh.
Transparan dalam arti seterbuka-terbukanya. Situs atau jaringan termasuk aspek yang mendukungnya mesti dilaporkan ke publik. Masyarakat bisa mengakses setiap temuan berapapun kuantitasnya. Tentu dilengkapi dengan status pemblokiran.
BACA JUGA: Kominfo Serius Berantas Judi Online
Transparansi yang real time juga mengurangi tugas pemerintah melakukan pelaporan kepada publik secara reguler. Sebab sesungguhnya laporan up date data itu terjadi setiap hari. Publik yang memiliki hak tahu bisa mengakses setiap ada perkembangan. Termasuk menghalangi terjadinya pelanggaran oleh oknum orang dalam. Bila ada upaya curang seketika itu pula muncul alert.
Partisipatif berarti terlibat langsung, proaktif. Tetapi dengan catatan pemberdayaan masyarakat baik umum maupun penggiat digital harus diberi tempat sebaik-baiknya. Menyodorkan mereka akses untuk menyampaikan temuan melalui mekanisme pelaporan digital lengkap dengan segala klausa baik pelapor maupun materi yang dilaporkan. Mereka yang giat ambil bagian diberi penghargaan, apresiasi.
Judi online dalam praktiknya seringkali menumpang atau menungganggi situs-situs umum. Situs yang memiliki trafik cukup baik jadi kanal mereka menebar akses judi online. Celakanya situs yang ditengarai ditunggangi tersebut bisa kena blokir juga. Padahal situs tersebut murni tidak terkait judi.
Peran masyarakat pemilik situs yang jadi korban judi online dilibatkan pula. Tidak hanya mengusung azas keadilan (fair), tetapi juga tidak mematikan upaya baik seseorang atau sekelompok orang yang jadi victim.
Dan, menyeluruh mengandung arti gerakan perang bersama, totalitas melawan seluruh operasi perjudian, baik kepada situs, pengelola, pemain, hingga buzzer-buzzer yang kecipratan uang dari pengelola. Sebagaimana sebuah situasi perang, di mana ada fungsi pengintaian. Peran ini bisa dilakukan oleh siapapun partisipan dari masyarakat. Siapapun yang terendus dan terbukti menjalankan fungsi operasi, promosi, dan pengguna bersiaplah berhadapan dengan sanksi hukum.
BACA JUGA: Meutya Hafid dan Isu Digital Indonesia
Melawan perjudian tidak akan menemukan batas akhir. Sebab wujud yang dilawan akan terus bermetamorfosa mencari bentuk-bentuk baru. Namun melawan dengan teknologi secanggih apapun selagi hanya bertumpu pada satu sisi (aparat) tidak akan berdaya tinggi. Apalagi jika gertak sambal mudah digertak dengan uang. Maka biarkan seluruh masyarakat yang menggertak. (*)