sinyal.co.id
Belum lama ini kita dikejutkan dengan meledaknya baterai dari salah satu merek smartphone populer yang berasal dari Negeri Ginseng, Korea. Padahal perangkat pintar keluaran perusahaan ini sangat diminati di pasaran Indonesia. Sialnya, kejadian ini tidak hanya terjadi sekali pada varian yang tergolong baru dan premium ini. Akibatnya, banyak yang mengalami pengalaman tidak mengenakan, mulai dari orang dewasa sampai anak-anak. Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan adalah menarik peredaran varian tersebut dari pasaran agar tidak menambah hal-hal yang tidak diinginkan.
Masalah pada baterai memang menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan, terutama dari sisi keamanan. Gaya penggunaan yang salah juga berpengaruh pada peristiwa yang baru saja terjadi. Jadi kita tidak bisa serta merta menyalahkan perusahaan berangkutan, ada banyak hal yang harus dikaji. Pemilihan spesifikasi baterai merupakan tanggung jawab perusahaan, tapi apa memang itu jawabannya?.
Bercermin pada peristiwa itu, tim dari Universitas Standford, Inggris, melakukan riset untuk menciptakan baterai yang memiliki sistem pemadaman ketika mencapai suhu tertentu. Hal ini diyakini dapat meminimalisir meledaknya baterai kedepannya. Baterai ini didesain dengan dilapisi cairan kimia yang bernama Triphenyl Phosphate (TPP), berbungkus material khusus yang akan meleleh ketika suhu baterai mencapai 150°C. Ketika material khusus tersebut meleleh, maka cairan kimia akan membanjiri baterai untuk mengurangi terjadinya resiko terbakar.
Dalam pengujiannya, tim riset ini telah berhasil menunjukan hasil yang baik. Pada kasus baterai yang terbakar akan padam dalam rentang waktu yang sangat singkat, yakni 0.4 detik. Namun, apakah 0.4 detik dalam kondisi terbakar dapat menghilangkan resiko baterai meledak?
Dommara