WWW.SINYALMAGZ.COM – Andaikan wilayah daratan Indonesia menyatu tak terpisah oleh bentangan lautan luas pun tak banyak rintangan alam barangkali seluruh masyarakat Indonesia sudah bisa menikmati layanan telekomunikasi. Kalaupun ada kesenjangan pastilah tak seperti saat ini yang begitu timpang hingga ada sebutan kawasan terdepan, terluar dan tertinggal.
Kendati demikian ini adalah berkah geografi. Tidak ada negara lain yang luas dan memiliki keragaman alam hingga layak dijuluki archipelago. Negeri ini memang khas, dengan sebaran pulau nun jauh membentengi kawasan zona ekonomi eksklusif.
Karenanya menjadi tantangan besar agar tak wilayah-wilayah terpencil itu terkoneksi satu sama lain bahkan terhubung pula ke pulau-pulau utama. Kendati bagi pelaku bisnis jaringan telekomunikasi, wilayah yang kerap disebut 3T ini kurang menggairahkan secara bisnis, pemerintah tak tinggal diam.
Rencana disusun. Sejumlah teknologi paling mutakhir dan memiliki kesesuaian dipilih. Lalu bergegaslah menunjuk badan layanan umum (BLU) untuk segera bekerja secepat mungkin.
Satu-satunya badan yang dilimpahkan tanggungjawab superbesar ini adalah BAKTI Kominfo. Memasuki tahun 2021, sebenarnya sudah matang rencana disiapkan. Kendati sisa-sisa efek pandemi Covid-19 pada gelombang pertama masih terasa.
Pekerjaan pembangunan site-site BTS 4G dilakukan. Papua, menurut Anang Latif, Direktur Utama BAKTI Kominfo adalah yang paling besar persentase kurangnya aksesibilitas telekomunikasi dan informasi. Dari seluruh rencana pembangunan BTS, kedua provinsi (Papua dan Papua Barat) memakan 65 persen dari keseluruhan site yang akan dibangun di nusantara.
Tak ketinggalan daerah lain seperti NTT, Maluku, maupun provinsi lain. Semuanya berjalan serentak. Tak ada pilih kasih demi mencapai target tahun 2024 Indonesia terkoneksi secara digital yang prosesnya dikenal sebagai transformasi digital.
Anang Latif, Direktur Utama BAKTI Kominfo
Di saat pembangunan terus berjalan, gelombang kedua pandemi Covid-19 memukul seluruh aktivitas. Sejumlah pekerjaan BAKTI Kominfo ikut kena imbas. Akibatnya supply chain terganggu. “Bahkan anggota tim kami hampir separuhnya yang terpapar,” aku Anang.
Gara-gara itu pula proyek menjadi mundur. “Memang ada keterlambatan,” kata Anang. Tetapi tak boleh berhenti di tengah jalan. Dari segala dampak itu, capaian kerja BAKTI Kominfo hingga Desember 2021 mencapai 70 persen. Angka ini masih termasuk baik dibandingkan dengan berbagai proyek baik pemerintah swasta yang bertumbangan.
Masih tersisa 30 persen untuk menuntaskan target 2021. Anang bersama timnya telah membuat strategi dengan memadatkan pekerjaan tersisa bersama pekerjaan awal periode 2022. Hingga diharapkan sisa pekerjaan 2021 rampung pada Maret 2022.
Menurutnya, hal ini juga mendapat payung regulasi Kementerian Keuangan. “Ada relaksasi atau dispensasi untuk seluruh proyek infrastruktur hingga 90 hari ke depan,” jelasnya. Peraturan ini juga membolehkan anggaran sebelumnya tetap terpakai, sehingga tidak hangus.
Sekadar informasi, anggaran untuk pembiayaan infrastruktur yang dikerjakan BAKTI Kominfo selama 2021 adalah sebesar Rp 17 triliun.
Di penghujung 2021, BAKTI Kominfo membuat gebrakan untuk lebih mempercepat pembangunan menara-menara BTS di berbagai daerah. Caranya dengan melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah, khususnya dalam penggunaan lahan guna membangun stasiun BTS. Berbeda cara dengan cara yang umumnya dipakai operator seluler yaitu site acquisition (SITAC), BAKTI Kominfo bersama pemda menggagas pinjam pakai lahan.
Kerjasama ini bersifat win-win solution. “Lahannya tetap milik pemda, sedangkan pemerintah pusat menyediakan aset untuk operasional telekomunikasi,” jelas Anang. Konsep ini rupanya sangat ditunggu oleh pemda yang selama ini beberapa kawasannya masih blankspot.
“Malah banyak warga yang merelakan lahannya dan memberikan ke pemda,” tambahnya. Ini karena masyarakat sudah demikian tinggi harapannya untuk mendapatkan akses internet.
Luas lahan per stasiun BTS diperlukan sekitar 400 meter persegi. Tidak terlalu luas tetapi memberi manfaat yang sangat luas. Terobosan ini malah memacu pemda untuk lekas-lekas membereskan administrasi, perizinan dan legalitas. Menurut Anang, program pinjam pakai lahan ini berlaku selama 10 tahun. Tentu bisa diteruskan selama terus memberi manfaat. Bahkan operator boleh melirik untuk kemudian memanfaatkan untuk pengembangan layanan lebih lanjut.
Total rencana BTS yang akan dibangun di sebanyak 7.904 lokasi. Tahun 2021 akan tuntas di 4.200 lokasi. Sisanya yang 3.704 lokasi rampung akhir 2022. Dan, banyak lokasi segera terbangun berkat terobosan mekanise tersebut.
Kemudian muncul pula gagasan pendirian BTS di desa-desa yang letaknya di tengah kawasan. Tidak lagi di bukit-bukit pinggir desa. Prinsip ini kelak disebut dengan “Satu Desa Satu Tower BTS”.
Prinsip ini juga didasari oleh berbagai pengalaman BAKTI Kominfo selama bertahun-tahun menggelar jaringan. Dengan menempatkan BTS di desa sekaligus mengajak warga setempat meyakini bahwa perangkat tersebut adalah aset mereka yang harus dijaga. Bila aset mereka rusak, warga pula yang merugi.
“Masyarakat kita harapkan ikut menjadi site keeper,” tandas Anang.
Tahun 2022 sudah di depan mata. Perjalanan menghubungkan wilayah-wilayah yang tak terhubung seluruh pelosok nusantara akan terus berderap. Sejumlah pekerjaan telah menanti. Mulai meneruskan mendirikan ribuan BTS di berbagai lokasi. Melanjutkan proyek tol langit Palapa Ring Integrasi. Termasuk bersama rekanan menyiapkan pengoperasian satelit multifungsi (high throughput satellite) Satelit Indonesia Raya (SATRIA) yang akan meluncur 2023.
Kemudian, operator seluler yaitu Telkomsel dan XL terlibat pula lewat mekanisme kerjasama operasi (KSO) di sembilan kluster. Semua aakan berjalan secara paralel.
Tahun 2022 juga telah dicanangkan untuk memastikan sebanyak 12.548 wilayah bakal bebas blankspot. Bila seluruh rencana ini berjalan tanpa hambatan, tahun 2023 seluruh masyarakat Indonesia benar-benar dapat mengakses internet.
BAKTI Kominfo menjadi pionir, membuka jalan agar setiap jengkal wilayah Indonesia ter-cover oleh jaringan telekomunikasi. Selanjutnya tinggal bagaimana memanfaatkan agar Indonesia tidak tertinggal oleh peradaban.(*)