sinyal.co.id
Beberapa dari Anda pasti tahu game Tahu Bulat? Game besutan pengembang asal Bandung ini disebut-sebut mengalahkan popularitas Clash of Clans. Ya, setidaknya di Indonesia. Asal tahu saja, game ini dikembangkan oleh Own Games. Sebuah developer lokal yang sebelumnya juga sudah banyak membuat game mobile.
Bisa mengalahkan popularitas CoC yang fenomenal itu tentu menjadi prestasi yang sangat luar biasa. Pasalnya, CoC setia menempati urutan pertama Top Free Games di Play Store. Nah, belakangan di Indonesia posisinya digeser oleh Tahu Bulat.
Tapi pernahkah terpikir, siapa aktor di balik game Tahu Bulat? Bisa saja, suatu saat nanti, namanya bisa bersanding dengan pengembang-pengembang game top dunia.
Ya, namanya adalah Eldwin Viriya. Lulusan Teknik Informatika Universitas Padjajaran ini membangun Own Games bersama adiknya, Jefvin Viriya. Hingga saat ini, keduanya masih menjadi motor di perusahaan mereka. Bahkan E;dwin menjabat sebagai CEO.
Penikmat Menjadi Pembuat
Tumbuh besar di generasi milenium, Eldwin menjadi salah satu anak yang gemar bermain games. Selain bermain games, menggambar juga menjadi salah satu hobi yang paling disukainya. Kelak, kedua hobi inilah yang melambungkan namanya di tanah air sebagai seorang pengembang muda.
Menginjak SMP, Eldwin mulai akrab dengan komputer. Dari sini, ia menyalurkan hasrat menggambarnya melalui berbagai program komputer. Impiannya kala itu, masuk jurusan Desain Komunikasi Visual untuk menyalurkan kesukaannya itu.
Selepas dari SMA Aloysius 1 Bandung, kabar gembira datang. Ia diterima di sebuah universitas di Singapura. Jurusan impiannya sudah di depan mata. Namun, nasib berkata lain. Ketimbang berkuliah di luar negeri dengan jurusan pilihannya, Eldwin justru melabuhkan dirinya ke Universitas Padjajaran Bandung. Di sana, ia mengambil jurusan Teknik Informatika. Setelah menimbang-nimbang, Teknik Informatika dirasanya lebih menarik ketimbang DKV. Walhasil, jadilah ia mahasiswa Teknik Informatika.
Toh ternyata pilihan itu tidak salah. Eldwin terhitung sebagai salah satu mahasiswa berprestasi. Ia bahkan menjadi asisten dosen di kampusnya. Lewat jalur inilah, Eldwin berkenalan dengan dunia pembuatan game.
Merasa memiliki skill, iseng-iseng Eldwin membuat sebuah game. Game tersebut dinamai Tako Jump. Game iseng sebenarnya tiruan dari Doodle Jump. Bedanya, daripada Doodle Jump yang bermodel endless, Tako Jump menggunakan sistem level. Uniknya, Eldwin hanya butuh 3 hari untuk menyelesaikan game ini untuk platform Flash.
Eldwin bahkan mengatakan, meski berawal iseng seperti Flappy Bird, masih terdapat perbedan besar antara Tako Jump dengan Flappy Bird. Jika Flappy Bird bisa langsung booming dan menghasilkan untung fantastis untuk sebuah game iseng, Tako Jump hanya mampu menghasilkan menghasilkan 3 dollar pada satu bulan pertama. Tak ayal, hal ini menjadi bahan candaan teman-temannya saat ngopi. Mereka bilang, pendapatan game Eldwin bahkan tak mampu dipakai untuk membeli satu gelas kopi.
Meski begitu, Eldwin berniat terus maju dalam bisnis ini. Ia percaya, jalannya ke depan terbuka lebar. Embrio Own Games pun sudah terbentuk.
Ikut Kompetisi
Beberapa bulan vakum dari dunia pembuatan game, Eldwin mengajak adiknya, Jefvin Viriya untuk ikut bertanding di ajang Mobile Game Developer War 2 yang diadakan Nokia dan Agate Studio.
Tak disangka, game besutan mereka, Beyond The Well berhasil keluar sebagai juara ketiga dengan jumlah unduhan mencapai 75.933 kali. Melihat pencapaian itu, Jefvin yang sebelumnya tak tertarik dengan dunia game akhirnya mengikuti jejak sang kakak.
Eldwin pun semakin keranjingan membuat game. Bersama dengan adiknya, ia kembali membangun Own Games. Berkat kemenangan tersebut, Own Games pun menjadi dekat dengan Nokia. Game-game besutan Eldwin dan adiknya senantiasa nongol di Windows Phone Store.
Bukan hanya itu, Own Games juga terpilih menjadi salah satu Nokia Developer Champion dan diundang ke ajang Mobile World Congress 2014 di Barcelona. Prestasi sebagai juara pun berhenti sampai situ saja. Eldwin kembali keluar sebagai juara pada kompetisi Mobile Game Developer War 5 dan INAICTA 2013 kategori game.
Karya Lewat Own Games
Sampai saat ini, Eldwin masih menjadi orang nomor satu di Own Games. Sempat beranggotakan empat orang. Namun pertengahan tahun lalu Own Games kembali beranggotakan dua orang, Eldwin dan adiknya.
Game-game buatan Eldwin sudah malang melintang di toko aplikasi Android maupun Windows Phone. Cukup menjanjikan sebagai sebuah pengembang lokal. Apalagi salah satu game-nya sempat menggeser kedudukan CoC yang disebut-sebut sebagai salah satu game tersukses.
Ada yang unik dari Own Games. Jika diperhatikan, Eldwin sengaja membuat sebuah maskot untuk perusahaan miliknya ini. Namanya Tako. Berbentuk seperti manusia dengan warna kuning dan mulut yang menyerupai gurita. Rupa-rupanya, Tako diciptakan Eldwin ketika masih duduk di bangku SMA. Kala itu ia sedang mengikuti sebuh kontes animasi. Tokoh ini pulalah yang muncul dalam game pertama Eldwin.
Eldwin bahkan gencar menggunakan Tako dan kawan-kawan dalam beberapa game-nya. Menurutnya, maskot ini akan memberikan efek domino bagi Own Games. Jika ada sebuah game dengan karakter Tako dan Kawan-Kawan yang menjadi hits, Eldwin berharap akan tercipta efek berantai untuk game lain dengan karakter yang sama.
Patokan Eldwin jelas, yakni Nintendo dengan Mario-nya dan Rovio dengan Angry Birds-nya. Hanya lewat sosok Mario, Nintendo bisa merambah berbagai genre game. Pun juga dengan Rovio. Hanya lewat Angry Birds, Rovio bisa sukses besar dan menciptakan berbagai genre game. Tentunya, dengan tokoh andalan masin-masing pengembang tersebut. Itulah tujuan Eldwin.
Tak hanya lewat game, Eldwin juga mengenalkan Tao lewat berbagai media, seperti pin, stiker bahkan kaus dengan tema Tako dan Kawan-Kawan yang mengenakan busana daerah.