WWW.SINYALMAGZ.COM – Semua operator seluler saat ini belum dapat memberi layanan 5G sepenuhnya, karena pemerintah belum merilis spektrum-spektrum milimeterband yang jadi syarat layanan seluler generasi kelima. “Kalaupun ada, dengan menggunakan spektrum 4G, baru sekadar 5G rasa 4G,” ujar Presdir dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini belum lama ini.
Untuk melayani 5G operator harus menggunakan spektrum frekuensi tinggi, milimeterband antara 24 GHz hingga 100 GHz. Ketika operator ingin unjuk diri soal kesiapan ber-5G, mereka terpaksa menggunakan spektrum middle band yang mereka miliki, di 2,1 Ghz dan 2,3 GHz, atau juga spektrum rendah di 850 MHz dan 1800 MHz, yang sedang padat digunakan pelanggan.
Dalam beberapa percobaan, pemerintah memang memberi pinjam sementara spektrum 3,5 GHz yang menunjukkan kemampuan transmisi data hingga sekitar 1GB. Sejatinya, menggelar layanan 5G memerlukan modal besar yang karena sifat frekuensi tinggi yang cakupannya sempit yang membuat jarak antar-BTS hanya sekitar 200-an meter, sementara BTS 4G bisa sampai 2 km – 5 km.
BACA JUGA: XL Axiata Pamerkan Solusi 5G untuk UMKM di KTT G20
“Spektrumnya belum ada, sehingga the real 5G services itu belum bisa dikembangkan,” kata Dian dalam konferensi pers masalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Jumat (5/5) pekan lalu. Saat sama kepada media juga diperkenalkan direktur keuangan yang baru, Feiruz Ikhwan yang menggantikan Budi Pramantika yang mengundurkan diri.
Layanan 5G, lanjut Dian, lebih banyak digunakan untuk bisnis, sementara untuk konsumen, ritel, pengunaannya masih seperti 4G, untuk internet dan unduh dan unggah yang lebih cepat. “Use case-nya akan banyak di industri dan perkebunan,” tuturnya.
Untuk ke depannya, Dian menjelaskan 5G akan banyak digunakan untuk bisnis. Bagi konsumen, penggunaannya masih mirip dengan 4G, yakni untuk layanan internet dan download serta upload lebih cepat.
Transformasi digital
Sejauh ini, 5G “rasa 4G” XL Axiata baru bisa diakses di beberapa wilayah. Misalnya di Jakarta di Kelapa Gading, Penjaringan, Pademangan, Tanah Abang, Kembangan, Kebayoran Lama, Setiabudi, Gambir, dan Tebet.
Menurut Direktur XL,Yessie Dianty Yosetya, bisnis enterprise XL kini fokus pada pertambangan dan perkebunanan. Bukan hanya konektivitas, dia melihat adanya kebutuhan transformasi digital dari kedua industri, termasuk pabrik-pabrik. Misalnya dalam mengumpulkan data atau otomasi di pertambangan dan di perkebunan, pada proses pembibitan hingga panen, tetapi tidak untuk konsumen.
Akibat investasi dan biaya operasi yang besar, harga layanan 5G akan sangat mahal, bisa 10X lipat dibanding layanan 4G, jika digunakan oleh pelanggan perorangan (ritel). Karenanya mereka masih akan berkutat di layanan 4G LTE yang kini sudah bisa memberi kecepatan cukup baik.
XL Axiata resmi menghadirkan 5G pada Agustus 2021, menyusul Telkomsel dan Indosat Ooredoo Hutchison yang sudah lebih dulu meluncurkan jaringan cepat itu di kawasan-kawasan tertentu.
BACA JUGA: XL Axiata Bantu Penerapan IoT Kota Pintar
Kabar menyebutkan, tahun ini pemerintah akan merilis spektrum-spektrum tertentu, mulai dari 700 MHz bekas siaran televisi analog dan spektrum baru 3500 MHz dan 26 GHz. Belum diketahui berapa besar mahar yang harus dibayarkan operator untuk mendapatkannya, namun di spektrum 700 MHz tersedia sekitar 115 MHz, sementara di 26 GHz tersedia spektrum selebar 1.000 MHz.
Spektrum 700 MHz sangat cocok untuk layanan 4G dan kalaupun digunakan untuk 5G bisa dimanfaatkan sebagai IoT (internet of things) untuk pengelolaan perkebunan, pertanian, peternakan dan semacamnya. Sementara spektrum 3,5 GHz dan 26 GHz cocok untuk industri, transportasi dan robotik. (hw)