Para Bucin Tinder di Amerika Kena Tipu 1 Miliar Dolar

WWW.SINYALMAGZ.COM – Kisah asmara jutaan dolar tak hanya dipertontonkan oleh para bucin di Eropa dengan actor utamanya Simon Leviev. Di Amerika, korban tipu-tipu alias swindle dari media sosial Tinder juga tak kalah seru dan runyamnya.

Bahkan saking hebohnya, para korban pun melapor ke FBI. Lewat unit Internet Crime Complaint Center (IC3) biro intelijen Amerika itu mendapat laporan setidaknya selama tahun 2021 tercatat uang hasil tipu-tipu sebesar 1 miliar dolar.

Korbannya semuanya adalah para perempuan. Jika dirinci sebagian besar pada bucin itu adalah mereka yang berusia di atas 40 tahun. Mereka umumnya adalah para janda atau habis bercerai. Bahkan ada pula yang kaum difable.

Para bajingan tengik pemanfaat Tinder ini punya motif yang sama dengan Leviev. Memanfaatkan pencari asmara untuk kepentingan pribadi.

Mereka jelas sekali aktor dengan pelakon drama kelas tinggi. Menurut FBI, pola mereka nyaris seragam.

Mereka sering menggunakan puisi, bunga, dan hadiah lain untuk memikat korbannya. Di sisi lain sambil tetap menjaga seolah peduli dan prihatin dengan cerita tentang keadaan hidup yang parah, tragedi, kematian, dan cedera calon korbannya.

Akibatnya, siapa yang tak kesengsem, selayaknya cerita para korban di film Netflix the Tinder Swindler. Bucin-bucin tersebut merelakan koceknya pindah ke dompet para swindler.

“Para penjahat menghabiskan berjam-jam mengasah keterampilan mereka, mengandalkan skrip yang dilatih dengan baik yang telah digunakan berulang kali dan berhasil, dan terkadang membuat jurnal tentang korban mereka untuk lebih memahami bagaimana memanipulasi dan mengeksploitasi mereka,” jelas salah seorang agen FBI.

Moda penipuan asmara ini sebenarnya sudah berlangsung lama. JUmlah korban dan nilai uang yang hlang dari para korban terus meningkat. Tahun 2020, IC3 mendapatkan 24 ribu laporan penipuan. Nilai uang yang dilaporkan raib mencapai 605 juta dolar.

Jumlah laporan tersebut naik sekitar 4.000 kasus dibandingkan tahun 2019. Jumlah ini diperkirakan hanya sebagian dan dilakukan oleh para bucin yang benar-benar berani. Sebab lebih banyak lagi korban yang malu untuk melaporkan.

Menurut Luis Quesada, agen khusus FBI, “Hal yang membuat korban hancur adalah karena faktor finansial dan emosional. Banyak korban mungkin tidak memiliki kemampuan untuk memulihkan kerugian finansial.”

Literasi digital tampaknya kurang diperoleh oleh banyak masyarakat di negeri maju seperti di Amerika. Bahkan seorang sarjana IT seperti Cecilie Fjellhoy pun bisa rontok oleh rayuan Simon Leviev.

Jadi soal literasi digital tak melulu soal paham tentang dunia IT dan cara “main” media sosial itu sendiri. Tetapi juga tentang asmara digital. Suatu hal yang bakal terjadi di dunia metaverse.

Kalau Anda jadi korban penipuan asmara (entah lewat Tinder, Facebook, Instagram dan media sosial lainnya), silakan kirim ke email: sinyal.magazine@gmail.com (*)

 

 

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled