PT XL Axiata menggunakan separuh dari belanja modalnya (capex – capital expenditure) untuk pembangunan kabel serat optik. Operator milik kelompok Axiata Malaysia itu memanfaatkan dana hasil penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi berkelanjutan tahap 1 tahun 2018 sebesar Rp 994,2 untuk pembangunan radio base station, jaringan serat optik, dan belanja modal lainnya. Dana yang terpakai hanya Rp 947,5 miliar, dan sisanya didepositokan, yang lalu digunakan untuk capex hingga 31 Januari 2019 lalu.
Menurut Direktur Teknologi Xl Axiata, Yessy D Yosetya, pihaknya sedang gencar membangun jaringan serat optik dalam rangka mempersiapkan prasarana untuk jaringan generasi kelima (5G). “Kurang lebih 50 persen belanja modal digunakan untuk fiberisasi yang jadi fondasi 5G,” ujarnya, usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT XL Axiata, Senin, (24/4).
RUPST XL Axiata menyetujui dan menerima laporan keuangan tahunan 2018 dan mengangkat kembali anggota dewan direksi dan dewan komisaris yang sudah habis masa jabatannya tahun 2019 ini.
XL, lanjutnya memperpanjang jaringan serat optik baik yang terhubung ke situs jaringan maupun ke jaringan tulang punggung (back bone) dan persiapan untuk unggahan internet. Kegiatan ini dilakukan sembari menunggu kebijakan pemerintah (Kementerian Komunikasi dan Informatika – Kominfo) dalam kaitan lisensi frekuensi bagi layanan 5G.
Ki-ka: Abhijit Navalekar (Direktur Pengembangan Bisnis), Moh Adlan bin Ahmad Tajudin (Direktur Keuangan), Dian Siswarini (Direktur Utama), Yessy D Yosetya (Direktur Teknik), Allan Bonke (Direktur Komersial)
Harga Frekuensi Mahal
Layanan 5G membutuhkan pita-lebar (bandwidth) yang sangat lebar yang memungkinkan terjadinya perubahan struktur biaya frekuensi. Di Industri telekomunikasi Indonesia, harga pita frekuensi sangat mahal sehingga acapkali mengganggu arus kas perusahaan.
Dalam lelang yang digelar tahun lalu, pita selebar 30 MHz di spektrum 2300 MHz dimenangkan oleh PT Telkomsel dengan harga sedikit di atas satu triliun rupiah. Sementara Indosat dan Tri menebus 2X5 MHz di spektrum 2,1 GHz dengan harga tidak jauh beda dengan yang dibayar Telkomsel.
Menyambut kedatangan 5G memang membuat operator harus mengeluarkan lebih banyak biaya modal dibanding sebelumnya. Di XL Axiata, menurut Yessy, pengembangan jaringan 5G memakan separuh biaya modal, padahal tahun-tahun sebelumnya untuk pos yang sama hanya 40 persen dari capex, ditambah untuk menara dan BTS (base transceiver station).
Terjadinya perubahan pola konsumsi internet beberapa tahun terakhir membuat XL makin fokus pada pembangunan jaringan serat optik untuk pengalaman pelanggan berinternet yang makin baik. Itu sebabnya XL akan membangun jaringan serat optik sepanjang 2.500 km, sehingga pada akhir tahun 2019 panjang jaringan menjadi 47.500 km, dengan fokus di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Di tahun 2019 ini XL menganggarkan biaya modal sampai Rp 7,5 triliun, lebih besar Rp 700 miliar dibanding capex tahun 2018. Dengan pembangunan dan perluasan jaringan tadi, jangkauan layanan 4G XL Axiata sudah mencapai 400 kota/kabupaten, dengan lebih dari 30.000 BTS 4G dari keseluruhan 120.000-an BTS milik operator itu. (hw)