Heboh Foto Selfie di Lokasi Bencana, Ini Kata Pengamat Pariwisata

SINYALMAGZ.com – Baru-baru ini sejumlah orang diketahui berfoto selfie di lokasi bencana tsunami Selat Sunda. Bahkan, hal tersebut sempat disorot oleh media asing.

Seorang jurnalis The Guardian, Jamie Fullerton, memberitakan aktivitas selfie sejumlah orang di kawasan bencana tsunami Selat Sunda. Dan salah satunya bernama Solihat, yang datang ke sana untuk menyalurkan bantuan kepada korban.

Solihat sendiri diketahui datang bersama tiga rekannya, dan mengaku foto-foto selfie yang dilakukannya itu ia lakukan setelah menyalurkan bantuan. Kemudian foto-foto itu ia unggah ke akun media sosialnya, sebagai bukti bahwa mereka telah menyampaikan bantuan yang ada.

Saat ditanya, apakah pantas melakukan selfie di lokasi bencana yang kemungkinan masih ada jenazah yang belum ditemukan, ia pun menjawab tergantung niat masing-masing.

“Itu tergantung niat Anda. Jika selfie untuk pamer, jangan lakukan. Tetapi jika Anda melakukannya untuk berbagi kesedihan dengan orang lain, itu tidak apa-apa.”, jawabnya, seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (27/12/2018).

Aktivitas selfie ini rasanya kurang pantas dilakukan oleh pengunjung maupun relawan yang datang ke lokasi bencana.

Seorang korban tsunami bernama Bahrudin pun mengungkapkan kekecewaannya saat melihat daerahnya yang terkena bencana mendadak jadi “wisata selfie”.

Menurut pengamat pariwisata dan Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Azril Azahari, seharusnya pemerintah ikut memperhatikan aktivitas para pengunjung yang datang ke lokasi bencana.

Traveler yang datang untuk memberikan bantuan perlu diberi arahan, seperti apa saja yang bisa dilakukan untuk membantu para korban pada saat di lokasi bencana.

“Datang memberikan bantuan harusnya kita fasilitasi mereka, kita ajarkan mereka. Jadi kalau (korban) ada apa kita harus tolong, ada Basarnas segala macam.”, ujar Azril.

“Mereka yang datang membantu, mereka foto. Tapi tolong diajarkan pada mereka membantu harusnya begini caranya. Jadi membantu, oke bagus. Kemudian kita menolong. Itu disebut responsible tourism, pariwisata yang bertanggung jawab. Ikut berpartisipasi, namanya participatory approach, ada participation tourism, wisata yang berpartisipasi.”, jelasnya.

Dengan adanya arahan dari pihak berwenang di lokasi bencana, traveler yang datang bisa lebih terarah.

Setelah mengantarkan bantuan yang telah dikumpulkan dari daerah masing-masing, apa yang perlu dilakukan selanjutnya untuk meringankan beban para korban.

“Karena nggak dibimbing mereka berada di sana, mereka jadi selfie. Mereka sendiri kan nggak tahu apa yang mau dilaksanakan juga. Kalau kita bimbing mereka, ada standarisasi apa yang harus dilakukan, disiapkan.”, jelasnya.

 

Halaman selanjutnya:

We will be happy to hear your thoughts

Leave a reply

Sinyal Magazine
Login/Register access is temporary disabled