SinyalMagz.com – Facebook saat ini menjadi sosial media terbesar di dunia dengan jumlah pengguna paling banyak yang berasal dari seluruh penjuru dunia. Namun, mengingat banyaknya informasi pribadi yang kita kirimkan ke Facebook, wajar bila sosial media ini sering dijuluki sebagai “harta karun” data pengguna.
Hal ini yang kemudian disinyalir dapat menimbulkan tindakan penjualan data pengguna kepada perusahaan pemasaran, pengiklan, peneliti, dan lain sebagainya.
Facebook sendiri belakangan ini diduga telah melakukan praktik berbagi data, sehingga memunculkan gerakan #DeleteFacebook atau hapus Facebook.
Tak tinggal diam, salah satu pendiri WhatsApp, Brian Acton, baru-baru ini juga memutuskan untuk bergabung dengan gerakan #DeleteFacebook. Dimana melalui akun Twitter pribadinya, Acton menuliskan “sudah waktunya” menghapus Facebook.
“Sudah saatnya,” tulis Acton, menambahkan hashtag #deletefacebook (hapus facebook).
It is time. #deletefacebook
— Brian Acton (@brianacton) March 20, 2018
Sejak kicauan itu dipublikasikan, Acton tak kunjung menanggapi permintaan untuk komentar. Sementara pihak WhatsApp pun menolak untuk berkomentar.
Tidak jelas, apakah perasaan Acton tentang Facebook itu ada hubungannya dengan aplikasinya sendiri.
Tweet tersebut muncul setelah periode lima hari Facebook dalam investigasi regulator setempat dan harga saham Facebook turun menyusul kekhawatiran atas privasi data setelah adanya penyingkapan tentang penyalahgunaan data pengguna Cambridge Analytica.
WhatsApp sendiri saat ini telah menjadi bagian dari Facebook setelah akuisisi perusahaan pada tahun 2014 lalu, dimana itu menjadi salah akuisisi terbesar dengan angka $16 miliar.
Meski demikian, Acton sendiri sebenarnya sudah meninggalkan WhatsApp sejak tahun 2017 lalu, dimana kemudian ia membentuk sebuah Yayasan Nirlaba atau non-profit yang bernama Signal.
Bahkan, Acton juga menginvestasikan dana sebesar $50 juta pada layanan aplikasi perpesanan yang dirancang untuk fokus pada privasi dan enkripsi pengguna.
Menengok peristiwa sebelumnya yang berkaitan dengan gerakan #DeleteFacebook, tampaknya gerakan ini cukup memberikan dampak kerusakan reputasi.
Sebagai contoh, gerakan #DeleteUber yang pernah terjadi sebelumnya mengakibatkan 200.000 akun Uber telah dihapus, sehingga hal tersebut justru menguntungkan kompetitor Uber karena mengalami kenaikan jumlah unduh aplikasi.