SINYAL.co.id– Salah satu yang mengemuka ketika Google merilis Google Pixel 2 dan Google Pixel 2 XL adalah kemampuanya menggunakan kartu SIM (Subscriber Identity Module) yang lebih kecil ketimbang nano SIM. Nano SIM saja sudah berukuran sangat kecil, dan beberapa produk memilih kartu ini lantaran mampu mengurangi space di dalam smartphone.
Nano SIM berukuran 12,3 x 8,8 mm ternyata bagi sebagian desainer produk dianggap masih besar dan masih mungkin menyisakan lagi ruang bagi komponen lain. Kartu SIM ukuran nano seperti ini masih membutuhkan baki untuk dudukannya.
Gagasan yang diungkapkan tahun silam adalah membuat sebuah kartu yang berukuran lebih kecil dan pengguna tidak perlu melepas-pasang ketika hendak mengganti. Maka lahirlah e-SIM (embedded SIM). Ukurannya nyaris setengah dari nano SIM. Yaitu hanya 5 x 5 mm.
Salah satu yang mendambakan kehadiran kartu SIM super kecil ini adalah Apple. Apple butuh kartu yang berukuran sangat kecil terutama dapat digunakan pada perangkat wearable-nya seperti Apple Watch.
Gagasan e-SIM pertama kali diungkap oleh Deutsche Telekom pada ajang MWC tahun 2016. Konsep e-SIM tidak disisipkan layaknya kartu SIM biasa. Melainkan sudah disolder di bagian dalam.
Kartu SIM ini memiliki fitur Remote Provisioning. Dengan fitur ini memungkinkan untuk mendaftar ke operator yang dipilih. Kemudian jika Anda bepergian ke luar negeri, kartu akan dikenali oleh operator lokal. Untuk kemudian mempersilakan pengguna memilih layanan yang ditawarkan oleh operator lokal tersebut.
Pengembangan lebih jauh e-SIM adalah peluang untuk meningkatkan kapabilitas Internet of Things. Banyak perangkat yang terbuka untuk dijejali dengan kartu SIM ini dan tidak lagi menggantungkan pada koneksi seperti Bluetooth atau Wi-Fi. (*)