sinyal.co.id
Kamu tahu Opera Browser? Software ini sebenarnya sudah lama melanglang buana di dunia, terhitung sejak tahun 1995. Keunggulannya ada pada kompresi data ketika berselancar di dunia maya. Dijamin irit kuota, apalagi kalau pakai versi mini nya. Tapi tahukah siapa orang yang ada dibalik itu semua? Dia adalah Jon Stephenson von Tetzchner. Namanya memang agak susah dieja. Ia bersama rekan sejawatnya Geir Ivarsoy mengembangkan Opera dari proyek yang diabaikan oleh perusahaannya.
Jon lahir di Islandia, 29 Agustus 1967. Kecemerlangan Jon tampaknya memang sudah ada dalam darahnya. Jon lahir dari seorang Ibu berkebangsaan Islandia, Elsa Jónsdóttir dan seorang ayah yang berprofesi sebagai profesor psikologi, Stephen von Tetzchner. Masa kecil Jon dihabiskan bersama kakek dan nenek serta bibinya. Kakeknya adalah seorang dokter, sementara bibinya adalah seorang komposer musik. Jon menyelesaikan pendidikan dasarnya di Reykjavik Junior College, salah satu sekolah tertua di Islandia.
Usai menyelesaikan pendidikan dasarnya, Jon melanjutkan studinya ke Norwegia. Pilihannya jatuh pada University of Oslo. Di sini ia berhasil meraih gelar master di bidang komputer. Kemudian ia langsung bekerja di sebuah perusahaan komunikasi di Norwegia, Telenor.
Namanya mungkin terdengar asing. Tapi jangan salah! Telenor adalah salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia. Cakupannya meliputi Skandinavia, Eropa Timur, bahkan merambah hingga ke Asia. Memang tidak sampai menyentuh Indonesia, namun beberapa negara seperti Malaysia, Myanmar, Bangladesh, dan Thailand merasakan servis Telenor. Melalui layanan telekomunikasi dan televisi berbayar.
Nah, di Telenor, Jon bertemu dengan rekannya Geir Ivarsøy. Bersama Geir, Jon bekerja mengembangkan sebuah software peramban bernama MultiTorg Opera. Dari sinilah bibit Opera mulai terbentuk. Sayangnya, proyek software yang tengah Jon dan Geir kerjakan mesti terhambat. Pasalnya, Telenor menghentikan proyek tersebut begitu saja.
Setelah berhasil memperoleh hak cipta atas MultiTorg Opera dari Telenor tahun 1995, akhirnya Jon memisahkan diri dan mendirikan perusahaan baru bernama Opera Software. Mereka mengembangkan Opera Software dengan modal $7000. Kala itu, Jon membangun perusahaan tersebut hanya berdua dengan Geir. Selanjutnya, Jon mencari orang-orang baru untuk mengembangkan Opera Software.
Kejelian Jon untuk menutup celah yang luput pada Internet Explorer dan Mozilla membuat Opera berkembang dengan pesat. Browser tersebut menjadi salah satu dari empat browser terbesar dunia, bahkan hingga saat ini. Kala itu, Opera lebih populer di kalangan pengguna ponsel.
Jon sangat serius mengembangkan Opera. Ia pernah bernazar, jika Opera versi 8 mampu mencapai 1 juta unduhan dalam waktu 4 hari, ia akan berenang menyebrangi Samudera Atlantik dari Norwegia menuju Amerika Serikat. Itu terjadi tahun 2005. Dua hari setelahnya, jumlah unduhan Opera bahkan mencapai 1.050.000. Nasi sudah menjadi bubur. Nazar mesti dipenuhi. Jon pun berusaha berenang menyeberangi Samudera Atlantik. Sayang usahanya gagal tak lama berselang. Tapi toh, setidaknya ia punya niatan baik memenuhi nazarnya.
Tahun 2006, Jon mesti kehilangan rekan seperjuangannya. Geir meninggal dunia akibat kanker yang dideritanya sejak lama. Untuk menghormati rekannya, Jon mendedikasikan Opera versi 9 untuk Geir.
Sekian lama memimpin Opera Software, akhirnya pada awal tahun 2010, Jon memutuskan untuk mundur dari posisinya sebagai CEO Opera Software. Namun, ia tetap membantu mengembangkan Opera sebagai penasihat strategi di Opera.
Tahun 2011, Jon sang pendiri terpaksa hengkang dari Opera. Nyatanya, dibalik berbagai kesuksesan yang sudah diraih Opera. Selama 7 tahun terakhir sebelum Jon hengkang, Opera didera masalah keuangan.
Permasalahan terkait investor tak kunjung berhenti. Terjadi perbedaan pendapat dalam tubuh Opera. Beberapa menginginkan Opera dijual untuk mengatasi masalah keuangan tersebut. Namun tidak dengan Jon. Bagi Jon, Opera seperti anaknya sendiri. Ia ingin mengembangkan Opera menjadi perusahaan yang lebih baik. Baginya, menjual Opera akan mengubah arah yang sudah ia tentukan. Saking kerasnya, Jon sampai memecat beberapa orang yang berseberangan dengannya.
Setelah 7 tahun berjuang, Jon sampai pada batasnya. Akhirnya ia hengkang dari Opera. Tak lama berselang, perusahaan yang dibangunnya dari nol dijual. Prediksi Jon tepat. Opera mulai berubah. Kode dasar Opera diganti, filosofi Opera mulai bergeser. Beberapa fitur yang membedakan Opera dengan browser lain dihilangkan. Bagi Jon, Opera telah menjelma menjadi peramban kebanyakan.
Larut dalam kekecewaan, Jon tak berniat membangun peramban lagi. Membangun sebuah peramban tak semudah membalik telapak tangan. Butuh kerja keras yang tak main-main. Lagipula, hati Jon masih terpaku ke Opera dan menyaksikan bagaimana Opera perlahan-lahan makin menjauh dari idealisme nya. Kerja kerasnya selama 19 terbuang begitu saja begitu Opera pindah kepemilikan.
Keputusan itu membuat Jon berganti-ganti perusahaan. Tahun 2011, ia menjabat sebagai CEO Dvorzak Invest. Tak sampai satu tahun, Jon didapuk sebagai CEO Vivaldi Invest. Sementara setahun setelahnya, Jon menjabat sebagai CEO Innovation House. Semua itu adalah perusahaan yang didirikan Jon.
Melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh Opera, Jon akhirnya tak bisa tinggal diam selamanya. Ia kembali berusaha mewujudkan visi yang tadinya ditujukan untuk Opera. Akhirnya, ia kembali membangun startup baru yang sesuai dengan visinya. Namanya Vivaldi.net. Situs ini berbasis chromium. Jon membangun situs ini dengan fitur dan pilihan opsi yang kaya. Persis seperti Opera yang ia inginkan. Sejatinya, situs ini dibuat untuk menggantikan My Opera yang dihentikan oleh Opera Software pasca dijual. Situs ini berbentuk jejaring sosial berupa forum pengguna.
Untuk mewujudkan mimpinya, ia menggaet sebagian besar pekerja di Opera dan khususnya Tatsuki Tomita, pimpinan Opera di Jepang. Dua tahun berjalan dengan Vivaldi.net, Jon akhirnya membangun peramban baru. Dengan nama yang sama, lagi-lagi peramban ini dibuat untuk menggantikan Opera.
Bagi Jon, mimpinya tak akan bisa dibendung begitu saja. Banyak jalan yang bisa ia lakukan untuk mewujudkan impiannya. Seperti pada Vivaldi.net. Jon tak berniat mengkomersialkan forum ini.
Vivaldi Browser saat ini masih seumur jagung. Jon berharap Vivaldi bisa menjadi pilihan pengguna ketika berselancar di dunia maya. Kabarnya, Jon juga sedang menyiapkan aplikasi mobile Vivaldi untuk Android.
Imam