sinyal.co.id
Sedikitnya ada satu smartphone berlabel flagship yang dirilis oleh tiap produsen tiap tahunnya. Bahkan salah satu produsen sampai punya dua lini flagship yang terus ditunggu kehadirannya.
Bahkan sebelum kehadirannya secara resmi di pasaran, smartphone-smartphone flagship ini telah digembar-gemborkan kemampuannya. Balutan teknologi paling mutakhir biasanya jadi jualan utama smartphone flagship tersebut. Namun terkadang, fungsi teknologi yang ditawarkan belum tentu diperlukan oleh penggunanya.
Beberapa contoh menarik yang bisa disebutkan adalah, layar lengkung kepunyaan Samsung Galaxy S7 Edge. Untuk melengkungkan layar smartphone dan membuatnya berfungsi dengan baik, bukanlah pekerjaan mudah. Sayangnya Samsung hanya memanfaatkannya tak lebih dari sekadar fungsi short cut. Ini sebenarnya menghilangkan keseksian teknologi layar lengkung itu sendiri.
Lalu pada iPhone 6S, ada teknologi 3D Touch yang dikembangkan di dalamnya. Fitur ini cukup menuai kritik, lagi-lagi karena kegunaanya yang tanggung. Apple disarankan oleh sejumlah pengamat untuk menambahkan fitur dalam iOS. Ini supaya 3D Touch berfungsi lebih optimal lagi.
Bicara vendor lain seperti, LG, HTC, Microsoft, sampai Sony, semuanya mengeluarkan smartphone flagship andalannya. Tentu mereka berlomba memamerkan fitur dan teknologi mutakhir. Sebut saja dua kamera utama pada LG G5, sistem operasi yang baru pada Lumia 950, sampai layar beresolusi 4K di Xperia Z5 Premium.
Tentu, dengan taburan fitur teknologi yang mewah, harga smartphone flagship jadi tinggi. Pertanyaan yang tersisa adalah, pantaskah smartphone flagship dibawa pulang?
Lalu